JANTHO, isbiaceh.ac.id – Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh melaksanakan Rapat Kerja (Raker) Tahun Anggaran 2026 dengan mengusung tema “Sinergi, Revitalisasi, dan Akselerasi Pembangunan Institusi Berbasis Pengawasan Internal.” Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, 5–6 November 2025 ini, menjadi momentum penting bagi seluruh sivitas akademika untuk memperkuat arah pembangunan kelembagaan menuju tata kelola yang lebih efektif dan berdaya saing.
Raker dibuka secara resmi oleh Rektor ISBI Aceh, Prof. Dr. Wildan, M.Pd., yang dalam sambutannya menekankan pentingnya kolaborasi lintas unit dalam mendorong percepatan capaian visi institusi. Ia mengajak seluruh dosen, tenaga kependidikan, dan unsur pimpinan untuk bekerja secara sinergis dalam membangun sistem kerja yang transparan, efisien, dan berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan seni budaya.
“Kita tidak bisa berjalan sendiri. Dalam menghadapi tantangan tata kelola dan peningkatan mutu, sinergi menjadi kunci utama. Melalui revitalisasi sistem kerja dan akselerasi inovasi, ISBI Aceh siap memperkuat diri sebagai lembaga pendidikan tinggi seni yang tangguh, berintegritas, dan adaptif terhadap perubahan,” ujar Rektor ISBI Aceh.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh Bupati Aceh Besar Syeh Muharram yang bertindak sebagai narasumber. Dalam paparannya, Bupati menegaskan pentingnya memperkuat kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Aceh Besar dan ISBI Aceh sebagai mitra strategis dalam pengembangan pendidikan seni dan budaya di daerah.
“ISBI Aceh memiliki peran besar dalam membangun karakter dan identitas budaya daerah. Pemerintah Kabupaten Aceh Besar sangat terbuka untuk memperluas kerja sama, baik dalam bentuk program edukasi, penelitian, maupun pelestarian seni tradisi.
Kami percaya, kolaborasi yang erat antara pemerintah dan lembaga pendidikan seni akan menjadi fondasi kuat dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Aceh,” tutur Bupati Aceh Besar.
Selain sesi narasumber, Raker hari pertama juga diisi dengan pemaparan laporan kinerja tiap unit dan evaluasi capaian program tahun sebelumnya. Diskusi berlangsung aktif, menyoroti pentingnya penguatan tata kelola internal serta upaya bersama untuk mempercepat transformasi kelembagaan menuju kemandirian, termasuk persiapan ISBI Aceh dalam proses menuju status Badan Layanan Umum (BLU).
Pada hari kedua, kegiatan dilanjutkan dengan materi dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Aceh yang disampaikan oleh Erwin Tarzani, S.Ak., M.Si.
Narasumber dari BPKP memberikan pembekalan mengenai penguatan sistem pengawasan internal dan manajemen risiko pada institusi pendidikan tinggi. Materi ini menekankan pentingnya integritas, akuntabilitas, dan efisiensi dalam setiap proses perencanaan serta pelaksanaan program kerja.
“Pengawasan internal bukan sekadar kewajiban administratif, tetapi merupakan instrumen penting untuk memastikan tata kelola yang sehat dan berkelanjutan. Dengan memperkuat sistem pengendalian intern dan komitmen pada transparansi, ISBI Aceh akan mampu mencapai kinerja yang efektif sekaligus menjaga kepercayaan publik,” ungkap perwakilan Erwin dalam pemaparannya.
Peserta mendapatkan panduan teknis tentang penerapan good governance dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang menjadi fondasi dalam meningkatkan transparansi serta efektivitas pengelolaan anggaran.
Kegiatan tersebut menjadi salah satu sesi penting yang memperkaya pemahaman peserta terhadap tata kelola keuangan berbasis pengawasan internal.
Suasana Raker berlangsung dinamis dan produktif. Para peserta aktif memberikan masukan dan berbagi gagasan untuk membangun sistem kerja yang lebih terintegrasi antarbagian. Semangat kebersamaan menjadi energi utama yang mendorong terlaksananya diskusi yang konstruktif selama dua hari kegiatan.